Peluang Kardinal Ignatius Suharyo Menjadi Paus Berikutnya Setelah Fransiskus

menggapaiasa.com , Jakarta - Vatikan Akan segera diadakannya konklaf guna menunjuk pemimpin baru yaitu Paus penggantinya Fransiskus yang meninggal dunia pada tanggal 21 April kemarin. Penyelenggaraan ini sedang dipersiapkan oleh Dewan Kardinal namun masih belum ditentukan kapan tepatnya akan diselenggarakan.

Umumnya konklaf digelar 15 hari setelah meninggalnya Paus. Menurut situs web resmi Vatikan, terdapat sekitar 135 kardinal dari berbagai belahan dunia yang layak untuk menentukan dan ditetapkan sebagai pemimpin Takhta Suci Vatikan.

Satu di antaranya adalah Kardinal Ignatius Suharyo. Uskup Agung Jakarta Itu menjadikannya sebagai satu-satunya individu di Indonesia dengan kesempatan untuk dipilih menjadi Paus.

Dia menegaskan akan pergi ke Vatikan pada awal bulan Mei untuk menghadiri konklav pemilihan Paus baru setelah fransiskus. Bagaimanakah sikap jemaah Katolik di Indonesia terkait kemungkinan kandidatur Kardinal Suharyo dalam konklav tersebut nantinya?

Alfred Toni (60 tahun) merasa sangat bangga karena ada wakil dari umat Katolik di Indonesia yang turut serta dalam proses konklaf. Dia berpendapat bahwa Kardinal Suharyo pantas untuk menjadi pemimpin gereja baru tersebut.

Namun, ia berpendapat bahwa kesempatan bagi mantan Uskup Agung Semarang untuk dipilih sebagai pengganti Paus Fransiskus masih sangat rendah. "Banyak saingannya," katanya saat ditemui di Gereja Katedral Jakarta, pada hari Kamis, 24 April 2025.

Menurutnya, ada tiga kardinal dengan peluang kuat untuk dipilih saat konklav tahun 2025 yaitu Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, Kardinal Peter Turkson dari Ghana, dan juga Kardinal Pietro Parolin dari Italia.

Maria Goretti (23 tahun), seorang siswa universitas dari Yogyakarta memiliki pandangan yang mirip. Menurutnya, kesempatan bagi Kardinal Suharyo untuk dipilih sebagai Paus cukup rendah. Alasannya, popularitas Uskap Agung Jakarta tersebut belum bisa menandingi beberapa kardinal lainnya.

Meskipun demikian, ia menyebut bahwa Kardinal Suharyo memiliki kelebihan khusus. Dia menjelaskan pada Tempo, Jumat, 24 April 2025, bahwa "Kardinal tersebut dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan bukan tipe orang otoriter."

Menurut dia, yang pertama di Keuskupan Agung Jakarta memiliki peran penting dalam mengembangkan kedamaian serta persatuan antara pemeluk agama di Indonesia. Dia juga menyebutkan bahwa individu tersebut telah menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang doktor teologia biblica di Universitas Urbaniana.

Pada saat yang sama, Diana (28 tahun) berpendapat bahwa Kardinal Suharyo memiliki kesempatan besar untuk dipilih sebagai pengganti Paus Fransiskus. Menurutnya, ada persamaan dalam gaya kepemimpinan di antara Kardinal Suharyo dan Paus Fransiskus.

"Kardinal Suharyo dekat dengan rakyat, selalu menempatkan nilai-nilai kemanusiaan di atas segalanya, terutama bagi kelompok yang sering dilupakan," ujarnya pada hari Kamis, 24 April 2025.

Dia menyebutkan bahwa seharusnya tak ada kompetisi di antara para kardinal untuk bisa dipilih sebagai Paus. Dia percaya bahwa hanya kehendak Allah saja yang mampu memastikan hasil dari konklav itu.

"Sebagai hamba jemaat, kita haruslah ikhlas. Oleh karena itu, sebenarnya tak perlu ada pertarungan antara sesama kami," katanya.

Kardinal Ignatius Suharyo menyatakan dirinya tak memiliki ambisi untuk menjadi Paus. Ia juga mengungkap bahwa tidak ada persiapan spesifik yang dilakukannya sebelum ikut dalam konklav itu.

Dia menceritakan bahwa ada sebuah peribahasa populer di antara para kardinal mengenai hasil dari konklaf. Peribahasanya berbunyi: “Jika datang ke sana sebagai kandidat untuk menjadi Paus, akan keluar hanya sebagai seorang kardinal.” Ini menunjukkan bahwa tujuan utama tidak harus mencapai posisi tersebut,” ungkapnya saat ditemui di Gereja Katedral Jakarta pada hari Kamis, 24 April 2025.

Menurutnya, menjadi Paus tidak berarti naik jabatan. Menurut Suharyo, seseorang yang ingin menjadi Paus sebenarnya bukan tipe orang yang cerdas dan bijaksana.

"Bila seseorang bermimpi jadi Paus, mohon maaf, itu dianggap konyol," katanya.

Menurutnya, proses pemilihan Paus tidak sama seperti pemilihan pemimpin negara biasanya. Dia menjelaskan bahwa keberhasilan seseorang dalam menjadi Paus tidak ditentukan oleh jumlah suara terbesar yang diperoleh dari para kardinal.

Kardinal Suharyo memberi contoh ketika Paus Fransiskus dipilih pada tahun 2013 silam. Ia menyebutkan bahwa nama Jorge Mario Bergoglio awalnya bukanlah kandidat utama, namun akhirnya berhasil terpilih.

"Mengacu pada keyakinan Gereja Katolik, hal itu merupakan pengaruh Roh Kudus," katanya.

Sejak meninggalnya Paus Fransiskus tanggal 21 April kemarin, Dewan Kardinal sudah menyiapkan proses konklav untuk mencari penggantinya. Nanti di Kapel Sistina, acara tersebut akan berlangsung tertutup. Setiap diskusi serta ide dari para kardinal calon pemimpin baru ini harus dirahasiakan tanpa pengecualian kepada pihak manapun.

Posting Komentar untuk "Peluang Kardinal Ignatius Suharyo Menjadi Paus Berikutnya Setelah Fransiskus"