Oriental Circus dan Skandal Perbudakan: Tiga Tokoh Utama Dipecaya Sebagai Pelaku Utama

menggapaiasa.com Kejutan besar muncul dari belakang layar sirkus bergengsi Oriental Circus Indonesia (OCI). Beberapa mantan artis sirkus angkat bicara tentang adanya tuduhan kekerasan, pemanfaatan anak, serta pelanggaran HAM yang sebelumnya disembunyikan dengan ketat.

Kuasa hukum dari mantan pemain sirkus OCI Muhammad Sholeh dengan jelas mengatakan tiga orang yang menurutnya memiliki tanggung jawab utama atas praktek-praktik tidak berperadaban itu.

"Tiga nama yang akan saya sebut adalah Frans Manansang, Jansen Manangsang, dan Tony Sumampau. Mereka merupakan tiga bersaudara," jelas Sholeh saat berada di acara podcast Close The Door bersama Deddy Corbuzier, seperti dilaporkan pada hari Jumat (18/4).

Pengacara yang saat ini membela para korban tersebut menjelaskan bahwa timnya sangat hati-hati dalam menggunakan nama-nama. Dia mengatakan bahwa para korban dengan nekat ikut serta karena mereka secara langsung merasakan kekerasan fisik dan penindasan sepanjang beberapa tahun.

"Betul karena para saksi dari korban lah yang mengetahui hal tersebut, mereka yang merasakan penyiksaaan. Ada sesuatu yang perlu disembunyikan. Ini ada rekomendasi dari Komnas HAM," tegas Sholeh.

Sholeh menjelaskan bahwa masalah ini tidak lagi menjadi hal yang baru. Dia menegaskan bahwa Komnas HAM sebelumnya telah melakukan penyelidikan dan meresmikan saran-sarannya, termasuk Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia juga sudah mendeskripsikan tindakan itu sebagai sesuatu yang berkelanjutan dan condong ke arah modifikasi dari budak moden.

"(Komnas HAM) Menyadari adanya pengeksploitan. Kemarin saat bertemu dengan Wakil Menteri HAM, dia menyebut bahwa hal tersebut telah berlangsung secara sistematis. Ini merupakan perbudakan," tambahnya.

Ironisnya, menurut Sholeh, mereka terpaksa bekerja selama bertahun-tahun tanpa dibayar, dihadapkan pada jadwal latihan dan penampilan berkelanjutan, sambil mengalami perlakukan keras.

"Mereka bekerja selama bertahun-tahun tanpa upah. Dicari untuk berlatih terus menerus, hanya berlatih. Kekerasan ada di sana," ujarnya.

Sekarang ini, Perwakilan Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI), Tony Sumampau, pada akhirnya berbicara dengan jujur tentang tuduhan negatif yang mencemarkan nama OCI terkait dugaan kasus kekerasan, eksploitasi, dan bahkan perbudakan terhadap anak-anak di sirkus mereka.

Dia menyangkal semua tuduhan yang disampaikan oleh mantan pemain OCI. Termasuk tentang penyiksaan, penyiksaman, dan ketidakdian penggajian mereka.

Menurut dia, klaim mantan pegawai sirkus OCI hanya untuk menciptakan kehebohan saja. "Jika soal listrik, bahkan aku sendiri tidak tahu harus menggunakan alat apa untuk menyetrum. Ini pasti dibuat demi membuat heboh," katanya pada hari Kamis (17/4).

Walaupun demikian, Tony mengaku bahwa terdapat sanksi disiplin selama latihan jika para pemain melakukan kesalahan. Sanksi tersebut hanya berupa memukul dengan tongkat kayu sebagai bentuk hukumannya.

"Yang paling penting kaki harus tegak, Kak? Jadi dipukul dulu kakinya agar menjadi lurus seperti itu. Kalau tidak lurus malah membungkuk, gerakan ayunan akan jadi tidak baik, biasanya begitu menggunakan rotan," jelaskannya.

Menurut dia, teknik tersebut dianggap lumrah dalam latihan atletik, khususnya untuk gerakan akrobatik serta jenis olahraga sejenis.

"Itulah yang umumnya terjadi saat melihat latihan-latin seperti akrobasi atau tari balet, dimana para peserta mungkin akan lupa mengingat posisi kaki mereka jika tidak diberitahu," jelasnya.

"Kaki kita berputar dengan arah yang berbeda. Sehingga ketika kita memutar kakinya, tubuhnya juga akan mengikuti perputaran tersebut, maka dari itu kaki sangatlah penting dan harus tetap lurus tanpa ada kelengkungan, karena jika tidak bisa membahayakan," lanjutnya.

Salah satu pencipta Taman Safari Indonesia tersebut juga menyebutkan bahwa sejak mereka pertama kali bergabung, anggota OCI dianggap sebagai bagian dari keluarga besar. Kebutuhan pokok seperti pakaian, makanan, dan hal-hal lainnya sudah terpenuhi.

Menurut dia, walaupun para anak itu tidak mendapatkan upah, mereka masih mendapat uang saku setiap minggunya untuk keperluan pribadi.

Setiap Minggu pun mereka mendapatkannya. Memang bukan berupa upah, sih. Dari sebelumnya kita juga tak pernah menerima bayaran, begitu pula. Saat masih menjadi anak-anak mana bisa dapat upah seperti itu? Namun, uang saku yang digunakan untuk membelanjakan keperluan dan apa saja tetap tersedia setiap waktu. Tak mungkin tidak ada," jelasnya. (*)

Posting Komentar untuk "Oriental Circus dan Skandal Perbudakan: Tiga Tokoh Utama Dipecaya Sebagai Pelaku Utama"