Mengapa Rusia dan Belarus Tidak Terdampak oleh Kenaikan Tarif AS di Bawah Kebijakan Trump?
Donald Trump sudah menetapkan tarif yang menyeluruh bagi 185 negara di seluruh dunia, tetapi pengecualian ini tidak berlaku untuk Rusia dan Belarus. Apa alasannya?

Jumat lalu (3/4), Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan adanya tarif tambahan untuk barang impor dari 185 negara berbeda. Negara-negara seperti Rusia serta mitranya Belarus berhasil diberi pengecualian dalam daftar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah AS tersebut. tapi tidak dengan Ukraina.
Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent menyampaikan pada Fox News bahwa akibat dari penerapan sanksi terhadap Rusia, maka tidak ada lagi transaksi dagang antara AS dan Rusia. Sanksi ini diimplementasikan usai Rusia melakukan invasi ke Ukraina. AS serta beberapa negara lainnya, terutama negara-negara di Eropa, semakin meningkatkan hukuman bagi Rusia Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menggarisbawahi bahwa sanksi yang diberlakukan Amerika Serikat berkaitan dengan Perang antar Rusia dan Ukraina telah membuat jarak antara AS dan "transaksi perdagangan utama" mereka dengan Rusia.
Tetapi, apakah pernyataan yang dikemukakan oleh Menteri Keuangan AS dan juru bicara gedung putih itu memang benar?
Benda-benda yang penting dari Rusia
Berdasarkan data dari Biro Sensus Amerika Serikat, transaksi dagang antara kedua negara ini mengalami penurunan signifikan setelah Rusia melakukan serbuan masif ke wilayah Ukraina. Volume perdagangan yang tadinya mencapai kira-kira US$36 miliar (setara dengan 610 triliun rupiah) di tahun 2021 turun drastis menjadi hanya sebesar US$3,5 miliar (atau kurang lebih 59,5 triliun rupiah) pada tahun 2024.
Klaim Bessent yang menyebut tak adanya perdagangan dengan Rusia sebenarnya tidak sesuai dengan fakta bahwa impor dari negara tersebut, meski jumlahnya sedikit, masih sangat berarti untuk Amerika Serikat. Ini dikarenakan impor ini termasuk produk-produk vital seperti pupuk dan bahan kimia anorganik.
Meskipun Perdagangan dengan Rusia saat ini hanya menyentuh satu persepuluh dari total sebelumnya. Sanksi yang berlaku serta pengurangan impor tampaknya tidak menjadi alasan mengapa Rusia dikesampingkan dari tarif terbaru Trump.
Sebagai pembanding, Washington mengenakan tarif 27% pada barang yang diimpor dari Kazakhstan, walaupun besarnya transaksi perdagangan antara Kazakhstan dan Amerika Serikat sama seperti halnya dengan Rusia dan AS: kira-kira US$3,4 miliar (setara dengan 57,5 triliun rupiah). Dari total itu, US$2,3 miliar (atau setara dengan 39 triliun rupiah) merupakan nilai impor dari pihak Amerika Serikat. Sementara itu, ukuran pertukaran dagang antara AS dan Ukraine masih lebih kecil lagi, yakni mencapai US$2,9 miliar (ekivalen dengan 48 triliun rupiah), dimana US$1,2 miliar (sekitar 20 triliun rupiah) datang dari bagian importir dari sisi AS. Meski demikian, Ukraine tetap termasuk dalam daftar terbaru pajak oleh Trump, yang akan mendapatkan beban tambahan berupa tarif hingga 10 persen.
'Kelonggaran simbolis'
Beberapa negara yang mengalami sanksi, misalnya Venezuela, termasuk dalam jajaran kebijakan tariff terbaru milik Trump, namun beberapa negara lain yang sudah disanksi sebelumnya seperti Rusia, Korea Utara, Cuba, dan Belarus tidak ikut menerima aplikasi tambahan tariff tersebut.
"Menurut ilmuwan politik dan ahli studi Amerika, Alexandra Filippenko, hal ini tampaknya hanya longsoran simbolis," ungkapnya saat berbicara dengan DW.
Belum ada data perdagangan resmi yang dipublikasikan oleh AS terkait Korea Utara, Kuba, dan Belarus. Menurut estimasi PBB, namun, volume perdagangan dua arah antara AS dan Belarus dapat mencapai beberapa puluh juta dolar setiap tahunnya. Sebagai contoh pada 2024, nilai impor produk dari Belarus ke Amerika Serikat diketahui sebesar US$21 juta atau setara dengan 355 miliar rupiah.
Rincian biaya tampaknya tidak dibuat berdasarkan saja pada besarnya transaksi dagang sebuah negara. Bahkan pulau-pulau kecil tanpa penduduk seperti Kepulauan Heard dan McDonald, yang merupakan bagian teritori Australia di Laut India yang hampir tidak berkaitan dengan perdagangan Amerika Serikat, juga ikut dipengaruhi oleh aturan Trump.
Canada dan Mexico pun tak masuk dalam daftar tariff terbaru Trump karena mayoritas produk impor dari kedua negara itu telah dikenai bea sebesar 25 persen.
Mengapa Rusia dikecualikan?
Ahli politik, Alexandra Filippenko, mengartikan langkah Trump yang mencabut eksklusi Rusia dari aturan tariff sebagai tanda peningkatan hubungan antara Amerika Serikat dan Moskow.
Pemerintah Rusia menyadari sinyal politik itu," ucapnya seraya juga menyinggung postingan Telegram dari duta khusus Presiden Rusia, Kirill Dmitriev, yang tengah ada di Washington. Di dalam pos tersebut, Dmitriev menjelaskan bahwa peningkatan komunikasi antara Rusia dan Amerika Serikat merupakan suatu "proses yang rumit dan bertahap", namun "tiap kali kita bertemu atau melakukan pembicaraan dengan jujur akan mendorong kesinambungan proses tersebut.
Nina Khrushcheva, seorang professor bidang hubungan internasional dari New School – New York, berpendapat bahwa diplomasi antar dua negara ini menjadi dasar untuk Trump 'berhati-hati' dalam menerapkan bea masuk baru terhadap Rusia. Menurutnya, “Saya rasa ada bentuk tekanan politik lain yang bisa dialamatkan ke Rusia tanpa harus menambah tarif saat kunjungan Dmitriev tersebut; hal itu tampak seperti tindakan yang tidak efektif.” Lebih lanjut, Khrushcheva menyatakan pemerintahan Trump masih memiliki opsi untuk menjalankan tarif atas Rusia bila dibutuhkan.
Sebaliknya, Oleg Buklemishev, Direktur Pusat Studi Kebijakan Ekonomi di Universitas Negeri Moskow, menganggap langkah yang diambil Trump terhadap Rusia dan Ukraina tidak masuk akal dari sudut pandang ilmu ekonomi.
Dia berpendapat bahwa keputusan untuk tidak menambah beban pajak kepada Rusia bersifat politis belaka, meskipun pihak Washington menyatakan hubungan dagang antara keduanya kurang penting. Material seperti bahanbakar nuklir, pupuk, serta platina dari Rusia tetap diekspor ke Amerika Serikat. Jika dikenai tarif ekstra tinggi atas produk-produk ini, harga energi pastinya akan meningkat pesat, sesuatu yang tak diharapkan oleh Trump, jelas Buklemishev.
Di waktu yang bersamaan, dia menegaskan bahwa besarnya perdagangan saat ini dengan Rusia, yang sudah sangat menyusut dibandingkan periode sebelumnya, tak bisa disamakan dengan jumlah tersebut. perdagangan AS dengan Eropa atau Cina.
Ide tentang hubungan dagang yang solid antara Rusia dan Amerika Serikat dianggap kurang realistis oleh Buklemishev. Dia menambahkan bahwa meskipun ikatan kedua negara membaik, tak mungkin mereka bisa kembali seperti masa lalu karena pembatasan finansial, logistic, serta sanksi masih akan terus ada; selain itu, China sudah mengambil alih sebagian besar pangsa pasarnya di Rusia.
Artikel ini awalnya diterbitkan dalam bahasa Rusia.
ind:penulis_konten:Aleksiei Strelnikov, Aleks Izmailev
Posting Komentar untuk "Mengapa Rusia dan Belarus Tidak Terdampak oleh Kenaikan Tarif AS di Bawah Kebijakan Trump?"
Posting Komentar