Jika Anda Bekerja Penuh Waktu dan Masih Bermasalah tentang Uang, 7 Kebiasaan Ini Bisa Menjadi Penyebabnya Menurut Psikologi

menggapaiasa.com Bekerja penuh waktu seharusnya, secara teori, memberikan stabilitas finansial.
Namun, kenyataan bagi banyak orang justru sebaliknya—meskipun bekerja keras selama 8 hingga 10 jam sehari, kecemasan finansial tetap menghantui.
Gaji datang dan pergi, tabungan sulit tumbuh, dan masa depan terasa tidak pasti. Jika Anda merasa relate, Anda tidak sendirian.
Menurut psikologi, ada beberapa kebiasaan yang secara tidak sadar memperburuk kondisi keuangan Anda.
Bukan karena Anda tidak cukup menghasilkan, tetapi karena bagaimana Anda mengelola, merespons, dan berpikir tentang uang.
Dilansir dari Small Biz Technology pada Senin (14/4), terdapat tujuh kebiasaan yang bisa menjadi akar dari stres finansial Anda.
1. Pengeluaran Emosional (Emotional Spending)
Setelah hari kerja yang melelahkan, banyak orang merasa pantas untuk “memanjakan diri” — entah itu dengan membeli makanan mahal, pakaian baru, atau barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan.
Ini disebut emotional spending, dan menurut psikologi, ini adalah cara umum untuk mengatasi stres jangka pendek, namun menciptakan tekanan finansial jangka panjang.
Psikologi di baliknya: Otak kita mencari kenyamanan ketika merasa kewalahan, dan pembelian impulsif memberikan pelepasan dopamin sementara.
Tapi ini hanya menutupi luka, bukan menyembuhkannya.
2. Kurangnya Kesadaran Finansial
Anda mungkin tahu berapa gaji Anda, tetapi apakah Anda tahu ke mana perginya setiap rupiah yang Anda hasilkan?
Banyak orang tidak menyadari pengeluaran kecil yang ternyata menumpuk besar di akhir bulan—langganan streaming yang jarang dipakai, belanja online iseng, atau nongkrong di kafe hampir setiap hari.
Psikologi di baliknya: Otak kita cenderung mengabaikan informasi yang dianggap “rumit” atau “menakutkan.”
Karena itulah, banyak orang menghindari melihat saldo bank atau membuat anggaran.
3. Membandingkan Diri dengan Orang Lain (Comparison Spending)
Media sosial membuat kita merasa semua orang hidup lebih mewah dan lebih sukses.
Hasilnya? Kita merasa “ketinggalan” dan mulai membeli hal-hal demi gengsi, bukan kebutuhan.
Psikologi di baliknya: Fenomena ini dikenal sebagai social comparison theory.
Ketika kita merasa orang lain lebih berhasil, kita terdorong untuk meniru, bahkan jika itu merusak keuangan sendiri.
4. Menunda Perencanaan Jangka Panjang
Banyak pekerja sibuk dengan rutinitas harian sampai lupa memikirkan masa depan.
Tidak ada perencanaan pensiun, tidak ada dana darurat, dan tidak ada investasi.
Akibatnya, tekanan hidup terasa semakin berat karena masa depan tampak tidak aman.
Psikologi di baliknya: Ini dikenal sebagai present bias—kita lebih mementingkan kesenangan atau kebutuhan saat ini, dan mengabaikan risiko jangka panjang.
5. Takut Menghadapi Realitas Keuangan
Alih-alih mengecek tagihan atau saldo, beberapa orang memilih “tidak tahu” sebagai bentuk perlindungan mental.
Padahal, ketidaktahuan finansial justru menciptakan stres kronis karena ketidakpastian.
Psikologi di baliknya: Ini disebut avoidance coping, yaitu mekanisme untuk menghindari rasa tidak nyaman dengan cara pura-pura tidak melihat masalah.
6. Meremehkan Diri Sendiri dalam Negosiasi Gaji
Anda mungkin bekerja keras, loyal, dan berkinerja baik.
Namun jika Anda tidak pernah meminta kenaikan gaji atau menegosiasikan penawaran awal, Anda mungkin tidak dibayar sesuai nilai Anda.
Psikologi di baliknya: Banyak orang memiliki impostor syndrome—perasaan tidak layak atas pencapaian mereka sendiri.
Ini membuat mereka merasa bersyukur “sudah diterima kerja,” dan mengabaikan hak mereka untuk dinegosiasikan.
7. Keyakinan Negatif tentang Uang (Money Mindset yang Buruk)
Pernah berpikir “uang itu akar dari segala kejahatan” atau “uang selalu habis, tidak peduli seberapa keras saya bekerja”?
Keyakinan semacam ini membentuk cara Anda memperlakukan uang—secara tidak sadar Anda akan menjauhinya, mengabaikannya, atau membiarkannya kabur.
Psikologi di baliknya: Limiting beliefs tentang uang dapat menjadi penghalang utama kesuksesan finansial.
Keyakinan negatif ini sering tertanam sejak kecil dan harus disadari serta diubah secara sadar.
Penutup: Menghasilkan Uang Tidak Sama dengan Merasa Aman
Bekerja penuh waktu bukanlah jaminan untuk bebas dari stres finansial.
Yang jauh lebih penting adalah bagaimana Anda memperlakukan uang, membuat keputusan, dan merawat keseimbangan mental Anda terkait keuangan.
Dengan menyadari kebiasaan-kebiasaan ini dan mulai memperbaikinya satu per satu, Anda bisa menciptakan kehidupan finansial yang lebih stabil—tanpa harus mencari pekerjaan tambahan atau hidup dengan kecemasan terus-menerus.
Uang memang bukan segalanya, tapi ketenangan pikiran karena tidak terus-menerus stres tentang uang? Itu sungguh tak ternilai.
***
Posting Komentar untuk "Jika Anda Bekerja Penuh Waktu dan Masih Bermasalah tentang Uang, 7 Kebiasaan Ini Bisa Menjadi Penyebabnya Menurut Psikologi"
Posting Komentar