Ini Kisah Keluarga Tentang Tragedi Kematian Jurnalis Palu, Situr Wijaya

menggapaiasa.com , Jakarta - Situr Wijaya , seorang jurnalistik dari Palu, ditemukan meninggal di Hotel Dparagon, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Keluarganya saat ini sedang menantikan hasil otopsi mayat demi memastikan langkah berikutnya mengenai kejadian kematian tidak biasa bagi wartawan portal online Insulteng.id itu.
"Rutin autopsy telah dilaksanakan di RS Polri Jakarta, dan keluarga kini sedang menantikan hasilnya," kata Syahrul yang dipilih menjadi perwakilan komunikasi untuk keluarga Situr ketika dihubungi. Tempo , Minggu 6 April 2025.
Menurut Ketua PWI Peduli Sulteng yang lebih dikenal sebagai Heru, istrinya, Selvianti, memberikan pesan bahwa apabila laporan otopsi menyatakan penyebab kematiannya hanyalah masalah kesehatan semata, keluarganya akan menerimanya dengan tabah dan rela sekaligus mengakhiri proses tersebut.
"Tetapi, apabila terdapat bukti pelanggaran hukum, termasuk tindakan kekerasan dan hal-hal serupa, keluarga akan menempuh jalur hukum dan memastikan kasus tersebut diselesaikan dengan benar," ungkap Heru.
Heru menyatakan bahwa hingga saat ini, keluarga dari almarhum masih belum menunjuk atau memberikan wewenang kepada pihak manapun mengenai pengelolaan kasus kematian Situr. "Saat ini kami sedang melakukan koordinasi dengan beberapa instansi lainnya guna mendapatkan dukungan apabila suatu saat diperlukan tindakan-tindakan tambahan," jelas Heru.
Heru menjelaskan bahwa PWI Sultra, PWI Pusat, AJI Pusat, dan AJI Palu bersama-sama berkomitmen untuk memantau perkara tersebut hingga selesai.
Dimakamkan di Sigi
Pada hari Ahad sekira pukul 6:35 WITA, mayat dari almarhum Situr Wijaya sampai di tempat pemulasan jenazah yang terletak di Desa Bangga, Kabupaten Sigi. Kemudian, pada kisaran waktu pukul 10:00, beliau dikuburkan di lokasi yang sama.
Menurut Heru, keluarga perlu menanti selama dua hari untuk kedatangan jenazah sang almarhum lantaran mengikuti serangkaian prosedur pengiriman jenazah yang memakan waktu cukup lama.
Heru mengatakan bahwa berita sedih tersebut diterima oleh janda almarhum pada hari Jumat sore tanggal 4 April 2025 sekitar pukul 12:30 WITA. Pada saat itu, keluarga hanya mendapatkan informasi yang menyebutkan bahwa Situr sudah tiada.
Mengetahui hal tersebut, Heru menyatakan bahwa dia berusaha untuk menemukan informasi tentang lokasi jenasah almarhum di Jakarta karena tak ada anggota keluarga yang hadir di tempat kejadian. "Kami pernah menerima laporan jika jasadnya ditinggalkan dalam ambulance hingga lebih dari sepuluh jam dan tidak ada kerabat yang merawat," ungkap Heru.
Mereka berhasil mengontak Polres Jakarta Barat serta Polsek Kebun Jeruk guna mendapatkan bantuan dalam proses evakuasi jenazah almarhum dari area dekat rumah sakit tersebut pada hari Jumat sekira pukul 8 malam waktu setempat. "Kami melakukan hal ini hanya demi memastikan bahwa jenazah dapat dipindahkan dengan aman sehingga tak ada risiko pembusukan akibat dibiarkan tanpa penanganan sesuai standar," ungkap Heru.
Berikutnya, mereka mohon kepada seorang kerabat dari almarhum yang berada di Jakarta untuk membantu dalam pengiriman jenazah ke Rumah Sakit Polri guna tujuan otopsi serta investigasi tambahan. "Prioritas besar kami waktu itu merupakan usaha keras agar dapat mengantarkan pulang jenazah sang almarhum menuju desanya asli supaya bisa dikuburkan di kampung halaman istri beliau," ungkapnya.
Setelah menyelesaikan prosedur autopsi, mayat sang meninggal dikembalikan ke desa Bangga, di kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Situr Wijaya diyakini telah meninggal di Hotel Dparagon Kebon Jeruk pada hari Jumat, tanggal 4 April 2025. Penyebab pasti dari kematiannya masih belum jelas. Ketika ditemukan, Situr menunjukkan adanya memar di area wajah serta luka sobek di sekitar leher bagian belakangnya.
Posting Komentar untuk "Ini Kisah Keluarga Tentang Tragedi Kematian Jurnalis Palu, Situr Wijaya"
Posting Komentar