Ekonomi Korea Selatan Kuartal I/2025 Merosot Akibat Krisis Politik

menggapaiasa.com , JAKARTA - Perekonomian Korea Selatan terpengaruh di kuarter I/2025, mencerminkan posisi lemah dari aktifitas ekonomi, bahkan sebelum para eksportir benar-benar merespons kebijakan tersebut. tarif impor AS .

Catatan ini memberikan dasar tambahan bagi bank sentral untuk terus mengurangi tingkat suku bunganya. Berdasarkan data yang diumumkan oleh Bank of Korea (BOK) pada hari Kamis, tanggal 24 April 2025, Produk Domestik Bruto (GDP) negara selama periode tiga bulan hingga akhir Maret berkurang sebesar 0,2% jika dibandingkan dengan kuarter sebelumnya, jauh lebih rendah daripada estimasi rata-rata para ahli ekonomi yaitu naik sebanyak 0,1%.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Korea Selatan secara year on year (yoy) mengalami kontraksi sebesar 0,1%, lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan nol.

Permintaan domestik menurun setelah pernyataan status darurat militer oleh mantan Presiden Yoon Suk Yeol yang tidak berhasil di awal Desember 2024, mengakibkan krisis politik paling parah dalam beberapa dekade ini serta merosotnya kepercayaan konsumen.

Informasi itu menekankan kesulitan yang dihadapi oleh para pengambil keputusan dalam menjaga pertumbuhan seiring dengan peningkatan tensi dagang yang mengancam ekonomi bergantung pada ekspor, terutama Korea.

Data perdagangan awal yang diumumkan pekan ini mengindikasikan bahwa ekspor dari Korea Selatan menuju Amerika Serikat tercatat merosot sebesar 14,3% selama 20 hari pertama bulan April. Sementara itu, data tentang pertumbuhan ekonomi memberikan alasan kuat kepada Bank of Korea agar dapat meneruskan langkah pengurangan tingkat suku bunga ketika mereka mempersiapkan keputusan moneter berikutnya pada tanggal 29 Mei 2025.

Lebih menakutkan lagi, ekonomi berpotensi terjun ke dalam resesi akibat pertumbuhan yang melambat untuk kedua kalinya di kuarter kedua ini, demikian ungkap Park Sang-hyun, seorang ahli ekonomi dari iM Securities seperti dilansir oleh Bloomberg.

Dia juga menunjukkan bahwa situasi ekspornya kian memburuk akibat ketidaktentuan tarif. Kondisi itu tentu saja bakal berdampak pada keputusan moneter Bank Korea serta pembahasan mengenai anggaran suplementer di legislatif.

Investasi dalam sektor konstruksi berkurang sebesar 3,2%, mencatatkan hal ini sebagai pengurangan untuk kuarter keempat secara berturutan. Pekan lalu, Gubernur Bank of Korea (BOK) Rhee Chang-yong menyampaikan bahwa sentimen ekonomi belum membaik dengan cukup pesat, terlihat dari sektor pasar konstruksi yang menunjukkan adanya pelemahan pada momentum tertentu.

Konsumsi rumahan serta belanja pemerintah keduanya merosot sebesar 0,1%, sedangkan investasi dalam infrastruktur jatuh sebanyak 2,1%, seperti yang ditampilkan oleh data Bank of Korea. Sementara itu, ekspor mengalami penurunan 1,1% disebabkan oleh pengurangan pengiriman barang-barang seperti bahan kimia dan perlengkapan elektronik lainnya.

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pekan lalu melakukan revisi signifikan terhadap perkiraannya untuk perdagangan global dan menyatakan bahwa saat ini mereka memproyeksi volume perdagangan komoditas di seluruh dunia akan berkurang sebanyak 0,2% pada tahun 2025. Angka tersebut jauh lebih rendah kurang dari tiga poin persen dibandingkan dengan situasional ideal jika tidak ada perang dagang yang dipicu oleh Amerika Serikat.

Pekan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan produk global tahun 2025 hingga 2,8%, turun dari estimasi sebelumnya yaitu 3,3%. Sementara itu, prospek ekonomi Korea Selatan direvisi menjadi 1% dari prediksi awal di bulan Januari yang mencapai angka 2%.

Republik Korea, mitra penting Amerika Serikat, dijatuhi tarif keseluruhan sebesar 25%, namun untuk saat ini diturunkan sementara menjadi 10% dalam periode 90 hari. Sama seperti berbagai negara lainnya, Korea Selatan pun terkena beban pajak 25% pada ekspor kendaraan bermotor, besi baja, serta alumunium mereka.

Beberapa petinggi dari Korea Selatan kini ada di Washington dengan tujuan meyakinkan pemerintah Trump untuk mengurangi tarif impor.

Kemarin, BOK menyatakan bahwa perekonomian berisiko mengalami kemerosotan akibat agenda perdagangan Trump, namun nilai tukar won yang lesu serta lonjakan inflasi tak terduga di bulan Maret berhasil mendorong bank sentral agar menjaga tingkat suku bunganya stabil sebesar 2,75%.

Setelah Yoon digulingkan dari posisinya, pemilu yang berlangsung pada tanggal 3 Juni 2025 dilihat sebagai kesempatan besar bagi pulihan stabilitas politik serta meningkatkan keyakinan konsumen dan sektor usaha dalam ekonomi raksasa urutan ke empat di Benua Asia tersebut. Para pedagang berspekulasikan bahwa rezim baru bakal mendapatkan tambahan wewenang dan legitimasi yang kuat agar bisa menerapkan langkah-langkah tepat demi meremajakannya pertumbuhan ekonomi.

Sektor sebelumnya, pihak pemerintah telah merilis kebijakan peningkatan dana anggaran senilai 12 triliun won (AS $8,4 miliar). Langkah ini diambil untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pengeluaran fiskal yang lebih besar.

Bank sentral sebelumnya mengestimasi bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) bakal naik 0,2% di triwulan awal tahun ini. Dari 16 analis yang ditanyai Bloomberg pada April lalu, hanya ada dua orang saja yang meramalkan penurunan, dan enam lainnya berpendapat bahwa pertumbuhan akan stagnan tanpa banyak perubahan.

Di sisi lain, BOK mengurangi proyeksi mereka untuk pertumbuhan hingga 1,4% di tahun 2025 dari angka 1,6% yang tercatat dalam survei sebelumnya, dan meramalkan prospek tahun 2026 akan turun menjadi 1,9% dari 2%.

Posting Komentar untuk "Ekonomi Korea Selatan Kuartal I/2025 Merosot Akibat Krisis Politik"