10 Fabel Pendek dari Indonesia dengan Pelajaran Hidup Yang Mendalam

Cerita fabel adalah ragam narasi fiktif di mana karakter utama terdiri dari binatang, tanaman, atau entitas hidup lainnya yang bertingkah laku seperti manusia.

Kisah dari cerita fabel ini bukan sekadar untuk hiburan, namun juga membawa pesan etika pendidikan yang dapat dengan mudah dimengerti oleh para anak kecil.

Karena alasan inilah, dongeng fabel Menjadi salah satu jenis narasi yang sangat disukai, khususnya di bidang pendidikan untuk anak-anak pra-sekolah.

Banyak contoh cerita Fabel yang disajikan dalam versi pendek dan ringkas, agar lebih mudah dipahami serta tidak membuat bosan ketika dibaca kepada anak-anak.

Di samping itu, menggunakan binatang sebagai karakter utama membuat kisah pendek fabel hewani ini menjadi lebih menggoda.

Sebagai contoh, ada sebuah fabel pendek tentang siaran lomba antarakelinci dan kura-kura yang amat dikenal karena mengandung pesan-pesan seperti kegigihan, kesederhanaan, serta semangat bekerja keras.

Karakteristik Cerita Fabel

Sebagai elemen dalam karya sastra untuk kalangan anak-anak, teks cerita fabel Memiliki keunikan tersendiri yang memisahkannya dari tipe cerita lain.

Cerita fabel sudah lama dikenal semenjak jaman dahulu, termasuk salah satunya adalah dongeng Aesop yang berasal dari Yunani. Menurut definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fabel dapat dijelaskan sebagai cerita yang menceritakan sifat dan moralitas manusia di mana pemerannya digambarkan sebagai hewan.

Berikut sejumlah ciri khas yang dimiliki cerita fabel:

  1. Tokohnya berupa hewan Yang mampu berkomunikasi dan bertingkah laku layaknya manusia. Pada sejumlah kejadian, karakter dalam ceritanya pun bisa terdiri dari tanaman atau objek tak bernyawa yang memiliki jiwa.
  2. Berisi pelajaran etika yang dikomunikasikan dengan halus di penghujung narasi.
  3. Tempat latar umumnya terletak di lingkungan alami, misalnya hutan, Sungai, atau padang rumput.
  4. Struktur narasi yang mudah, umumnya diorganisir dalam format tersebut. cerita Cerita pendek fabel yang dapat dengan mudah dimengerti oleh anak-anak.
  5. Memiliki sifat pendidikan serta hiburan, menjadikannya pilihan tepat untuk dijadikan alat dalam proses belajar membentuk karakter.
Fabel telah dikenali sejak jaman lampau dan menyebar ke beragam budaya di seluruh dunia, contohnya kisah-kisah Aesop yang berasal dari Yunani, serta Jataka dari India. dongeng Nusantara .

Kumpulan Contoh Cerita Fabel

Berikut terdapat beberapa teladan cerita fabel pendek yang dapat digunakan sebagai materi bacaaan untuk anak-anak serta alat pengajaran di sekolah.

Setiap teks cerita fabel Ini menghadirkan karakter hewan yang khas bersama alur cerita yang memukau serta sarat akan pelajaran etika.

Beberapa dari mereka termasuk cerita fabel pendek tentang sikelincin dan sipulas yang telah terkenal dengan beragam cerita fable binatang lainnya yang tidak kalah menarik serta mendidik.

1. Sang Kancil dan Buaya

Di dalam suatu kawasan hutan tebal serta teduh, terdapat seekor kancil cerdik Yang lapar itu berkeliling kemana-mana untuk mencari makanan tetapi tidak menemukannya sama sekali. Akhirnya, dia sampai di pinggir Sungai Besar dengan aliran air yang kuat. Di seberang sana, terlihat banyak buah-buahan segar yang sangat memikirkannya.

Akan tetapi, sungai tersebut dipadati oleh buaya-buaya kelaparan yang bersantai di dalam air. Si Kancil tak mampu berenang melewati sungai tanpa menghadapi risiko menjadi mangsanya.

"Hei! Hei! Hey Buaya!" seru Kancil sambil melompat-lompat di pinggir Sungai, membuyarkan keteduhan buaya-buaya yang tengah tertidur siang.

Satu ekor buaya membuka matanya dengan ketidakpuasan. "Kau diam saja, Kancil! Jika tetap bising, kau bisa menjadi santapan siang aku!"

Namun si Kancil justru tersenyum. Ia pura-pura tidak takut. “Tenang, aku justru membawa kabar baik! Raja Hutan mengutusku ke sini untuk memberikan hadiah pada kalian semua. Tapi... hanya buaya yang ikut berkumpul dan bisa dihitung yang akan mendapatkannya.”

Tiba-tiba seekor buaya tertarik. "Hadiah? Dari Raja Hutan?" bertanya yang lain dengan rasa ingin tahunya.

Benar!" jawab Kancil percaya diri. "Namun saya perlu menghitung kalian satu persatu untuk keadilan yang sama. Bariskan dirimu di sungai, mulai dari pinggir sini hingga ke tepian lainnya.

Buaya-buaya yang lapar dan ingin tahu langsung mulai berenang dan menyusun diri mereka. Sang kancil pun kemudian melompat dari satu punggung buaya ke punggung buaya lain dengan pura-pura sedang menghitung keras-keras, "Satu, dua, tiga, empat..."

Sesampainya di sisi lain, Kancil langsung melompat ke tanah lalu terkikyakan. "Terima kasih banyak, Buaya-Buaya! Saya cuma mau menyeberangi sungai, bukan memberi kado!"

Sejumlah buaya kaget dan kesal, namun semuanya telah telat. Kancil pun akhirnya selamat karena kepandaiannya.

2. Kelinci dan Kura-Kura

Pada satu padang rumput lebar berwarna hijau, ada seekor kelinci yang dikenal karena kecepatannya luar biasa. Kelinci itu sering kali menyombongkan keahliannya tersebut dan gemar mengolok-olog orang lain. hewan yang lain bergerak perlahan, terutama kura-kura.

"Hei Kura-Kura, perjalanannya pelan banget kayak siput! Jika kita berlomba lari, kamu pasti baru kelar tiga hari dari sekarang," cibir Kelinci seraya tertawa lebar-lebar.

Kura-kura mengenakan senyum tipis sambil merespons dengan damai, "Jika kau benar-benarkah, mungkin esok pagi kita bisa menyelenggarakan perlombaan lari?"

Kelinci Yang yakin akan memenangkan lomba pun segera menerima tantangan tersebut. Pada hari berikutnya, seluruh binatang di hutan berkumpul untuk menyaksikan pertandingan antara yang cepat dengan yang pelan. Lomba dimulai, dan kelinci segera melaju menuju garis depan, meninggalkan landak yang terus maju meski dalam tempo yang lebih lambat tapi stabil.

Sesudah berlari cukup jarak yang panjang dan tidak lagi menyaksikan Landak di pantatnya, Sikelincun pun menjadi amat yakin terhadap kemampuannya. "Eeh, landaknya belum juga kelihatan nih. Jadi sepertinya bolehlah untuk istirahat sejenak," ujarnya lalu rebahan di bawah naungan pepohonan lebat.

Tapi tanpa diketahui oleh Kelinci, dia akhirnya tertidur lelap. Di sisi lain, Kura-Kura tetap melanjutkan perjalanannya dengan lambat namun konsisten, langkahnya teguh serta dipenuhi antusiasme.

Saat kelinci bangkit, sang surya telah naik tinggi di langit. Dia pun langsung panik dan bergegas dengan cepat menuju finishing line. Namun sayangnya ia datang terlalu telat—kura-kura sudah tiba duluan dan menjadi juara.

Setiap binatang memberi dukungan kepada Si Kura-kura, sedangkan si Kelinci hanya menundukkan kepala dengan rasa malu. Dari kejadian tersebut, dia pun memahami bahwa sikap angkuh serta menghinakan oranglain dapat berbalik arah dan menjebak dirinya sendiri.

3. Gagak dan Sekotak Keju

Dalam suatu kampung yang sunyi, seekor burung layang-layang hitam melayang rendah di atas pekarangan rumah seseorang tani. Burung tersebut merasakan bau harum kejadian dari jendela dapur yang tak tertutup. Segera setelah itu, burung tersebut meluncur masuk dan mengambil satu potongan keju ukuran besar, kemudian berhenti di ranting pepohonan yang menjulang untuk memanjakan dirinya dengan apa yang didapatnya.

Ketika gagak tersebut berencana untuk memakan keju yang ada di tangannya, seekor rubox tiba-tiba muncul dari arah bawah pohon dan menyaksikan insiden itu. Rubah ini amat sangat mengingini keju tersebut. keju yang tersebut, namun dia menyadari bahwa tidak mungkin untuk mendaki pohon.

Wahai Gagak yang memesona," ujar Rubah, "kamu tampil luar biasa hari ini! Bulu hitammu bersinar layaknya malam yang cantik, dan paruhnypasti dapat menciptakan bunyi paling manis di seluruh rimba ini.

Burung gagak yang semula berhati-hati, mulai merasa terhormat. Sebab ia tidak pernah diberikan pujian seperti itu sebelumnya. Si rubah melanjutkan, "Jika saja saya dapat mendengarkan lagumu, pastilah rasanya seperti sedang memutar lagu dari surga!"

Tanpa berpikir lama, Gagak membuka mulutnya dan meneriaki dengan keras, "KRAAAKK!"

Tetapi setelah dia membuka paruhnya, keju yang ditahan jatuh ke tanah, tepat di hadapan Si Rubah. Segera saja rubah tersebut mengambil keju itu lalu tertawa sambil berucap, "Terima kasih ya, Gagak. Bunyimu emang... istimewa. Namun, pujian palsu tidak sepatutnya membuatmu hilangkan akalmu."

Cuma mampu diam dengan rasa bersalah, gagak menyadari bahwa terbawa arus pujian yang terlalu mudah dapat memiliki konsekuensi negatif.

4. Singa Rimba dan Tikus Mungil

Dalam suatu kawasan hutan yang lebat, terdapat seekor harimau Sedang terlelap lelap dibawah pohon raksasa. Dia baru saja selesai makan sampai kenyang dan sedang bersantai dengan damai. Tiba-tiba, sebuah Tikus kecil berlalu melewati badan si Harimau dan membuatnya bangun.

Sang Harimau melototi dengan kemarahan. "Bagaimana berani kamu menginterruptku!" amatirannya sementara tanganku yang kuat menawan badan mungil sang Tikus menggunakan kukunya.

Tikus mungil yang bergemetar karena takut berkata, "Mohon maafkan saya, Pak Harimau! Saya tidak bermaksud demikian. Mohon dilepaskan saya... Jika Anda mengizinkan saya untuk tetap hidup, pada akhirnya saya akan membayar kebaikanmu!"

Tertawanya harimau bergema dengan keras. "Hahaha! Kau yang sekecil tikus berani membantuku? Benar-benar menggelikan! Tetapi apa boleh buat, karena hari ini sudah cukup makan, maka biarkanlah kamu pergi."

Beberapa hari setelah itu, harimau tersebut kembali ke hutan untuk mencari makanan. Namun, tanpa dia sadari, tubuhnya tersandung pada jaring raksasa yang diletakkan para pengejar. Harimau itu mulai berseru dengan keras dan berupaya menyingkirkan ikatannya tetapi tidak membuahkan hasil.

Tiba-tiba, si Tikus kecil muncul dan menyapa sang harimau. "Tuan Harimau! Jangan khawatir, saya akan membantu Anda!" ujarnya. Menggunakan giginya yang tajam, tikus tersebut memotong semua talinya hingga serutan, sehingga harimau bisa bergerak leluasa kembali.

Harimau terperanjat, tidak dapat membayangkan bahwa sesosok hewan sebesar tikus mampu menyelamatkannya. Dengan senyum di wajahnya, ia berujar, "Terima kasih, tikus kecil. Saya telah keliru menghakimi Anda. Meskipun tubuhmu kecil, nyatanya jiwa mu begitu besar."

5. Owls dan Sparabletit

Di dalam rimba yang teduh, hiduplah seekor burung. hantu warga yang arif. Dia cenderung memilih untuk tinggal sendirian dan baru keluar ketika senja telah tiba. Sebaliknya, burung pipit Merupakan seekor burung pemalu namun riang yang gemar terbang kesana kemari dengan lagu gembira sepanjang hari.

Pada suatu hari, seekor burung pipit menyaksikan sebuah burung hantu sedang tertidur di dalam lubang pohon. Burung kecil tersebut tersenyum sambil berteriak dengan lantang, "Hahaha! Itu dia si burung tua! Selalu saja tiduran, sungguh males banget! Berbeda denganku yang sudah aktif terbang sejak fajar!"

Burung hantu membuka mata secara perlahan lalu berkata dengan damai, "Saya mungkin tak sibuk pada waktu fajar, tetapi itu jangan disalahartikan sebagai kemalasan. Tiap makhluk memiliki cara tersendiri dalam kehidupan serta memberi manfaat."

Akan tetapi, si burung pipit tidak memedulikannya. Dia terus berbual dan meremehkannya. Suatu malam, ribut kencang menerjang hutan tersebut. Semua burung telah tertidur, kecuali seekor burung hantu yang baru sahaja meninggalkan sarangnya.

Hantu mendengarkan bunyi seekor burung pipit kecil yang tersesat dalam semak belukar lembab, gemetaran dan dingin. Segera ia terbang pergi menuju arah tersebut dan membawa pulang si pipit muda itu untuk menghangatkannya di sarangnya yang nyaman dan aman.

Setelah keheningan pasca badai, si burung pipit berbisik pelan, "Terima kasih... Saya keliru dalam mengukur Anda. Saya pikir saya sendiri saja yang luar biasa, namun sebenarnya saya terlampau angkuh."

Burung hantu hanya mengulum senyum. "Terkadang, hal-hal yang kelihatan lemah dan sunyi justru dapat berubah menjadi penyelamat pada momen-momen tidak terduga."

6. Katak dan Sapi

Di tepi danau yang berdekatan dengan padang ilalang, sekelompok katak mungil tengah bergembira bersama kawan-kawannya. Sementara mereka mengejar-ngejar satu sama lain sambil melompat-lompat gembira, tiba-tiba mata mereka tertuju pada seekor hewan. sapi lewat di samping rawa. Binatang sapi tersebut berukuran besar, tegap, dan kuat—sesuatu yang tidak pernah mereka temui sebelumnya.

Katak kecil terkagum-kagum. “Wow, lihat tubuhnya! Aku juga ingin sebesar itu!” katanya.

Dengan semangat, si katak mengembangkan dadanya dan mulai menggembungkan tubuhnya. “Lihat aku! Sudah besar belum?” tanyanya kepada teman-temannya.

Temannya mengibaskan kepala, "belum, ukurannya masih jauh lebih kecil daripada sapi."

Katak tersebut tidak mau menyerah. Ia makin membengkalkan tubuhnya sekali lagi, berulang kali, dan bahkan lebih banyak lagi. "Bagaimana sekarang? Apakah sudah setara dengan sapi?" teriaknya seraya tetap mencoba memaksimalkannya.

“Menurutku kamu perlu berhenti. Badanmu nggak akan bertambah besar seperti itu!” sahut temannya dengan cemas.

Tetapi katak tersebut bersikeras. Dia tetap meneruskannya hingga pada akhirnya... DOR! jiwanya meletus lantaran tidak tahan dengan udara yang dipaksakan masuk.

Temannya kaget dan sedih. Melalui peristiwa tersebut, mereka menyadari bahwa menerapkan paksaan diri agar mirip dengan oranglain, apalagi hanya untuk menunjukkan off, dapat menghasilkan akhir yang tidak baik.

7. Semut dan Belalang

Pada suatu lahan subur, musim kemarau tengah berjalan. Semua semut aktif bekerja tiap harinya, memilahan makanan serta menimbunnya di gua bawah tanah. Mereka sadar bahwa waktu hujan tak lama lagi hadir, sehingga perencanaan matang sudah menjadi keharusan dari awal.

Pada saat yang sama, seorang grasshopper duduk tenang di bawah helai daun lebar sambil memainkan biolanya. Dia mengamati semut-semut lainnya lalu lintas membawa butir-butiran biji dan dedaunan kering.

"Hai, Semut! Mengapa kamu selalu sibuk berkerja? Nikmati saja cuaca cerah ini dan istirahatkan dirimu layaknya aku!" ujar Belalang sembari tertawa.

Salah satu semut Mereka menjawab, "Sedang mempersiapkan persediaan makanan untuk musim hujan nanti. Kamu harus mulai menyimpan sekarang sebelum keterlaluan."

Namun, belalang menolak nasihat tersebut. Dia melanjuti kebiasaan main-main dan malas-malasan, sedangkan semut-semut masih terus bekerja dengan tekun.

Beberapa pekan berikutnya, hujan lebat pun mulai jatuh tiap harinya. Si belalang bergemetar akibat dingin dan lapar lantaran tak mempunyai stok makanan lagi. Ia berkeliaran kesana-kemari dalam pencarian pangan, tetapi tidak menemui apapun.

Terakhir, dia menghantam sarang semut-semut tersebut. "Mohon bantuannya... bisakah saya berbagi makanan? Saya tidak memiliki apapun..."

Semut yang sebelumnya memberi nasihat mengatakan, "Telah kami cegah engkau, tetapi engkau tak mau mendengar. Akan tetapi karena belas kasihan kami, silakan masuk. Tetap saja, ingatlah bahwa ini adalah pengalaman berharga bagi dirimu."

Belalang menyadari betul bahwa usaha keras dan persiapan matang sangatlah lebih berharga ketimbang sekadar bergembira tanpa tujuan.

8. Rubah dan Anggur

Pada satu hari yang sangat panas, terdapat seekor rubah Lapar melintasi area yang dipadati pohon anggur. Dia menikmati aroma manis dari buah anggur yang tergantung dengan segarnya di cabang-cabang tinggi tersebut.

“Ahh, akhirnya! Anggurnya kelihatan begitu enak. Saya perlu mencobanya!" ujar Si Rubah sambil mengulum bibir.

Dia meloncat naik, berusaha menjangkau buah anggurnya. Namun, anggur tersebut terlalu tinggi di dahan pohon. Si rubah mundur sejenak, bersiap-siap, kemudian melompat sekali lagi. Tetap saja tidak membuahkan hasil.

Rusa tidak mau mengaku kalah. Ia terus meloncat berkali-kali namun masih belum berhasil meraihnya. Setelah berulang kali mencoba dan gagal, pada akhirnya dia pun duduk lelah.

"Huh! Pasti anggurnya masam. Rasanya tidak enak untuk dimakan. Apalagi, siapa yang ingin memakan buah seperti itu?" keluhnya sambil berjalan meninggalkan tempat tersebut.

Sebenarnya di dalam lubuk hatinya, dia amat menginginkan buahnya tersebut. Namun karena tidak dapat mencapai apa yang dingin, si rubah berpura-pura mengejek anggurnya supaya tampak seolah-olah dirinya belum tentu kalah.

9. Kambing dan Beo

Dalam area persawahan yang luas itu, terdapat sebuah kerbau raksasa yang sedang berehat setelah mengolah lahan sepanjang hari. Tersebar di atas punggungnya, ada seekor burung gelatik kecil yang duduk tenang sembari mengepakkan sayap-sayapnya. kutu-kutu yang melekat pada badan kerbau.

Bebek kerbau memutar kepalanya lalu menjawab, "Terima kasih, Jalak. Kamu sudah membuatku merasa jauh lebih baik."

Burung jalak menyeringai, "Tidak perlu bersyukur. Saya pun mendapat manfaat. Dengan bergantung pada dirimu, saya dapat mencari makan dengan lebih cepat."

Setiap harinya, keduanya menjalani kehidupan dengan bantuan satu sama lain. Jalak sering kali menolong kerbau untuk membersihkan badannya, sementara kerbau tidak mengganggu ketika burung tersebut bersarang di atas punggungnya. Meski memiliki perbedaan dalam hal ukuran dan bentuk, mereka tetap tumbuh sebagai teman yang sangat dekat.

Pada suatu waktu, seekor elang mengobservasi seekor cucak raja dengan niat untuk memangsanya. Namun, kerbau itu cepat bangkit dan menatap tajam kepada si elang, sehingga pemburu tersebut ragu untuk mendekati mangsanya.

Setelah peristiwa tersebut, si burung jalak menjawab, "Saya tidak mengira kamu akan membela saya."

Kerbau menimpali, "Kami adalah sahabat. Sahabat bertahan bersama, tidak hanya di waktu baik, tetapi juga ketika menghadapi kesulitan."

10. Kerajaan Kucing dan Tikus

Dalam suatu istana yang mewah, terdapat seekor hewan reptil. kucing hewan peliharaan raja yang anggun serta digemari oleh banyak insan. Badannya selalu bersih, bulunya lembut, dan dia diberi makanan terlezat langsung dari koki istana tiap harinya.

Tetapi tanpa diketahuinya sang raja, tersembunyilah seekor kelompok tikus pandai di belakang tembok dapur istana. Mereka dengan sembunyi-sembunyi mengambil makanan dari gudang kerajaan pada tiap malam.

Pada suatu hari, seekor kucing menyaksikan bekas tikus di ruang masak. Dengan hati-hati, ia merayap mendekat lalu menawan tikus yang tak berwaspada tersebut. Tikus itu pun meminta dengan penuh harapan, "Mohon dilepaskannya saya! Saya bersumpah tidak bakal melakukan perbuatan serupa lagi."

Kucing memandangi tikus tersebut lalu berujar, "Kamu telah banyak kali mengingkari kesepakatan. Sekarang aku perlu mendokumentasikan perilakumu kepada penguasa kerajaan."

Tikus itu menjerit, "Namun apakah kamu tidak dulunya juga menjadi?" kucing jalanan Sebelum kamu menetap di istana, bukankah kamu masih ingat pernah merasakan kelaparan?

Kucing itu diam sejenak. Meskipun dulu dia adalah seekor kucing liar, gaya hidupnya telah banyak berubah. Setelah beberapa saat berfikir, katanya, "Saya tidak akan menyalahkan Anda, tetapi saya akan waspada setiap malam. Jika Anda melanjutkan tindakan ini lagi, saya tidak ragu untuk bertindak."

Si tikus lantas kabur dan memberitahu rekawannya untuk tidak mengambil barang lagi. Mulai saat tersebut, dapur kerajaan menjadi tenang sekali lagi, serta sang kucing dipuja-puji bukan cuma atas ketangkasannya tetapi juga bijaknya.

Beberapa kisah fabel ini dapat menjadi materi bacaaan yang seru bagi si kecil ketika mereka ingin menghabiskan waktu luang atau bahkan sebagai cerita pendek menjelang tidur. Di luar hiburan yang ditawarkan, terdapat banyak pelajaran moral dalam setiap ceritanya yang sangat berharga untuk dipetik dan diajarkan.

Posting Komentar untuk "10 Fabel Pendek dari Indonesia dengan Pelajaran Hidup Yang Mendalam"