"Berdiakonia Transformatif." LUKAS 5:27-32. Pdt. Rekso Darmojo

Gambar
  Shalom, selamat pagi, saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Selamat berjumpa dalam renungan hari ini.      Pada saat ini kita akan membaca dan merenungkan firman Tuhan.Dan sebelumnya mari kita berdoa.Ya Tuhan Allah Bapak di surga, sumber segala berkat,kami datang kepadamu mengucap syukur atas segala berkat Tuhan.Pada saat ini kami akan merenungkan sebagian dari firman Tuhan.Kiranya roh kudus menerang hibatin kami dan menjadikan kami pelaku-pelaku firman yang sejati.Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa. Amin.Firman Tuhan yang akan kita baca dan kita renungkan saat ini,saya ambilkan dari Injil Lukas 5;27-32 Dan ayat yang kita baca ayat 31:32. Demikian firman Tuhan. "Lalu jawab Yesus kepada mereka katanya,Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,tetapi orang berdosa supaya mereka bertobat." Pembacaan firman Tuhan dan tema renungan kita hari ini adalah "Berdiakonia Transformatif."     

KELUARGA BAIK YANG MENYAMPAIKAN KABAR BAIK

 


KELUARGA BAIK YANG MENYAMPAIKAN KABAR BAIK

Seorang remaja putri bertandang ke rumah kawannya, tepatnya teman sebaya namun berbeda sekolah. Sebagai tamu ia terlihat sangat sopan. Ini adalah kunjungan balasan setelah beberapa kali ia didatangi oleh teman yang saat ini ia kunjungi. Ia berasal dari keluarga berada. Ditandai dengan sopir pribadi yang setiap saat siap mengantar kemanapun ia ingin pergi. Ia dilarang naik kendaraan umum, apalagi naik sepeda motor yang dinilai tidak aman oleh orang tuanya. Kali ini ia sengaja pesan ojol untuk pergi, tanpa sepengetahuan orang tuanya bahwa ia bermain ke tempat yang cukup jauh.

Sebagai orang tua yang ramah, orang tua temannya menyambut dengan baik, memintanya masuk diruang tamu dan mengajaknya mengobrol. Hanya jawaban pendek yang didapat. Percakapan terlihat canggung. Remaja putri ini terlalu lugu untuk diajak bercanda dan lebih mengedepankan etika kesopanan serta terlihat heran dengan suasana rumah yang ramah bagi dirinya.

Usut punya usut, ia adalah remaja putri yang jarang ngobrol dengan orang tuanya. Percakapan yang terjadi singkat, seperlunya. Sebagai gantinya, ia memegang ATM lengkap dengan PIN nya. Orang tuanya kelihatannya seorang pejabat sehingga tidak sempat untuk memperhatikan keberadaannya secara personal. Yang mereka tahu hanya tentang sekolah favorit dengan nilai baik dan segala kebutuhan materi tercukupi. Selesai.

Ini sekelumit cerita real yang memberikan gambaran kehidupan sebuah keluarga hari ini. Pasti ada kebaikan dalam setiap keluarga. Para orang tua pasti akan memberikan nasihat terbaik bagi anak-anaknya. Minimal secara etika, setiap anak jangan sampai mempermalukan orang tuanya. Para orang tua ingin anaknya berhasil, masa depannya cerah dan dapat diandalkan ketika saatnya tiba mereka membangun sebuah keluarga. Para anakpun ingin membahagiakan orang tuanya. Dalam setiap reality show, ketika anak ditanya apa cita-citanya; “Ingin membahagiakan orang tuanya”, menjadi jawaban klasik yang menjadi pilihan favorit. Coba tanya pada seorang suami atau seorang istri, “apakah mereka ingin membahagiakan keluarga?” jawabannya pasti “ya!”. Bukankah saat menjatuhkan pilihan untuk jatuh cinta, pilihan jatuh pada pribadi yang baik? Maka semua kita pasti setuju, dalam setiap keluarga pasti ada kebaikan yang ditabur, disemai dan bertumbuh menjadi berbagai kebaikan yang lain dalam masyarakat.

Anehnya, kebaikan tersebut tenggelam dalam sebuah opini semata. Masing-masing pihak merasa baik dan melakukan kebaikan. Sayangnya, yang dinilainya baik, tidak menjamin akan dinilai baik oleh pihak lain yang dituju. Dalam prespektif cerita diatas, mempercayakan ATM dengan PIN kepada anaknya adalah kebaikan. Namun bagi anak justru kehilangan kehangatan dalam kebersamaan. Anak merasa terabaikan, meskipun dalam beberapa kesempatan ditanya, "Masih ada saldonya?". Anak kesepian meskipun tinggal seatap dengan orang tua karena berada dalam kamar yang berbeda. Seorang suami yang bekerja keras demi mencukupi kebutuhan keluarga, terkadang kehilangan kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai. Seorang istri yang rajin mengurus keluarga menjadi kelelahan dan merasa tidak dihargai. Berbagai kesalahanpahaman ini perlu ditata dan dirajut ulang agar setiap anggota keluarga paham bahasa kasih yang dipakai. Hal ini dimaksudkan agar kebaikan yang secara pribadi dilakukan dapat diperjumpaan sebagai pesan baik kepada anggota keluarga yang lain.

Allah sebenarnya telah merancang kebaikan sejak semula manusia diciptakan (Kejadian 1:31). Diciptakan sama-sama menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:27), menjadi modal penting bahwa tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Perbedaan sebagai laki-laki dan perempuan dimaksudkan agar masing masing sadar akan keberadaannya dan memposisikan diri sebagai penolong yang sepadan (Kejadian 2:18) bagi yang lain. Maka benar adanya jika setelah selesai menciptakan, Allah melihat yang diciptakan-Nya sungguh amat baik.

Sangat disayangkan jika hal baik yang dirancang oleh Allah rusak karena ketidaktaatan dan pemberontakan manusia kepada Allah. Adam yang seharusnya menolong Hawa untuk taat, ternyata membiarkan kekasihnya ngobrol dengan si jahat (Kejadian 3:1-7). Ide untuk menyamai Allah yang muncul pada pikiran Hawa dibiarkan oleh Adam. Ia hanya diam ketika jemari lentik kekasihnya memetik buah pengetahuan baik dan buruk; mungkin Adam terlalu sayang dengan Hawa, atau tidak mau berdebat (sebab pasti kalah). Tragisnya lagi, Adam ambil bagian dengan makan buah yang sama.

Akibatnya, rancangan baik Allah meleset: manusia jatuh dalam dosa. Manusia menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan buruk (Kejadian 3:22). Akibatnya setiap orang dapat menciptakan standar baik atau buruk menurut dirinya sendiri.

Masih adakah harapan? Masih adakah kesempatan? Masih adakah waktu untuk dipulihkan? Kabar Baik datang dari Allah. Ia langsung merancang penyelamatan ketika manusia jatuh dalam dosa (Kejadian 3:15). Allah tahu bahwa tidak mungkin manusia menolong dirinya sendiri untuk kembali baik dalam standar-Nya. Sementara pada sisi lain untuk menyelamatkan manusia, harus menyelesaikan persoalan hukuman dosa yaitu kematian. Dalam kasih-Nya, Allah merancang penyelamatan dengan menambahkan pada diri-Nya nature manusia agar dapat mati (Yohanes 1:1,14); dan kembali bangkit untuk membuat Kabar Baik yang Ia rancang menjadi nyata. Kabar baik itu terealisasikan dalam Yesus Kristus.

Syukur kepada Allah bahwa setiap keluarga dalam lingkup GKSBS adalah buah karya penyelamatan Allah tersebut. Setiap keluarga terbangun atas dasar dipersatukan oleh Allah (Matius 19:6). Jika dipersatukan oleh Allah maka sudah seharusnya setiap kebaikan yang dibangun senantiasa didasarkan pada kebaikan Allah. Demikian juga anak-anak yang lahir sebagai buah kasih, akan senantiasa didampingi untuk tumbuh dewasa dalam kebaikan Allah. Itu sebabnya, benar jika tahun ini kita mengangkat tema "Keluarga Baik Menyampaikan Kabar baik". Selama lebih kurang tiga puluh hari, kita diajak untuk hening sejenak menemukan berbagai kebaikan yang disalahpahami. Berbagai kebaikan yang ada perlu didasarkan pada Kabar Baik yang sebenarnya agar kebaikan yang diperjuangkan selaras dengan karya penyelamatan Allah atas kehidupan. Amin.

 

Panduan diskusi:

1.      Temukan kebaikan yang sudah diperjuangkan dalam hidup berkeluarga!

2.      Hubungkan kebaikan yang ditemukan dengan Kabar Baik!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan Hari ini GKSBS Gedung Aji.Matius 26:17.SETIA MENGIKUT YESUS DALAM KEADAAN YANG SULIT

RENUNGAN HARI INI. AYUB 1:1-22. TETAP BERSYUKUR DI TENGAH UJIAN

Belajar Mengampuni. Renungan Fajar. Lukas 6:27-36. Kasihilah musuhmu