Ibadah Jum'at Agung GKSBS GEDUNG Aji.
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Khotbah: Pdt. Yosafat Anang Wijokangko.S.Th.
Ibrani 10:16-25.
Jumat, 7 April 2023
Warna Liturgi : Merah
Jumat Agung
KEMATIAN
TUHAN YESUS SEBAGAI TANDA KERAMAHAN ALLAH
IBRANI
10 : 16-25
Shalom bapak, ibu,
saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, pada ibadah Jumat
Agung tahun ini, kita diajak untuk merenungkan/merefleksikan kembali makna kematian
Tuhan Yesus bagi kehidupan kita bersama. Namun seperti yang sudah kita ketahui,
ibadah Jumat Agung kali ini, kita peringati pada masa MPPP yang bertemakan
keramahan/hospitalitas. Jadi ada dua hal yang akan menjadi perenungan kita;
pertama, peristiwa kematian Tuhan Yesus Kristus; dan kedua, yaitu
keramahan/hospitalitas. Pertanyaannya adalah bagaimana kita memahami kematian
Tuhan Yesus dalam hubungannya dengan keramahan/hospitalitas? Apakah kematian
Tuhan Yesus Kristus sebagai tanda keramahan Allah? Dan Bagaimana merespon
keramahan Tuhan Allah itu?
Untuk menjawab pertanyaan
itu. Pertama-tama, kita perlu mendalami bacaan kita saat ini kemudian
merefleksikan salah satu bentuk keramahan dalam hidup sehari-hari.
Bapak, ibu, saudara-saudari
yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, bila kita melihat bacaan kita, pada ayat
11-18, ayat-ayat tersebut merupakan penjelasan bahwa Yesus yang telah mati itu
adalah korban penebusan dosa yang sangat istimewa. Yesus sebagai korban
penebusan dosa berbeda dengan korban-korban yang biasa dipersembahkan oleh
imam-imam di Bait Allah. Bila imam-imam mempersembahkan korban berulang kali
untuk penebusan dosa (ayat 11), maka Yesus adalah korban yang hanya satu kali
dipersembahkan untuk penebusan dosa (ayat 12, 18). “Satu kali saja Yesus
dikorbankan, itu sudah cukup!”, kata penulis surat Ibrani. Kenapa? Karena Yesus
telah menyempurnakan kita semua untuk selama-lamanya melalui kematian-Nya (ayat
14). Tetapi sekalipun Yesus adalah suatu korban penebusan dosa, pada saat yang
sama, Ia juga adalah Sang Pengada Pengorbanan (pihak yang mengorbankan). Ia
disebut sebagai Imam Besar (ayat 21). Apa artinya itu?
Bapak ibu saudara-saudari,
salah satu tugas Imam Besar adalah mengadakan persembahan korban penebusan dosa
di Bait Allah. Pada ayat 21 ini disebutkan bahwa Tuhan Yesus adalah Sang Imam
Besar itu (Bdk Ibrani 9:11a). Artinya, Allah sendirilah (Tuhan Yesus) yang
mengadakan pengorbananan penebusan dosa.
Sampai titik ini, kita bisa memaknai
bahwa kematian Tuhan Yesus adalah suatu korban penebusan dan di saat yang sama,
Tuhan Yesus sendiri jugalah yang mengadakan pengorbanan penebusan dosa itu.
Bapak, ibu, saudara-saudari
yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, bicara tentang tanda keramahaman dalam
kehidupan kita sehari-hari memang ada banyak bentuknya. Salah satu diantaranya
terletak pada suguhan jamuan. Bila kita bertamu ke rumah seseorang, biasanya
tuan rumah memberikan jamuan/suguhan kepada yang bertamu. Bukankah begitu
bapak ibu? Walaupun, sebenarnya ketika ada tamu, kita tidak diwajibkan
menyuguhkan sesuatu, bila memang benar-benar kita tidak memilikinya.
(Pengkhotbah boleh juga
menyampaikan cerita pengalaman tentang kebiasan setempat ketika menjamu tamu).
Di lingkup klasis
Pugungrahajo misalnya, sewaktu saya berkunjung (dolan) ke rumah kolega Pendeta,
majelis jemaat ataupun ke warga jemaat, umumnya ada suguhan yang dihidangkan di
depan meja. Suguhan pasti komplit. Maksudnya komplit adalah tidak hanya minuman
tetapi juga ada hidangan pendamping, seperti pisang goreng, kue dsb. Ini adalah
salah satu bentuk keramahaman budaya kita.
Bapak, ibu, saudara-saudari
yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, lalu seperti apakah hubungan kematian
Tuhan Yesus dengan keramahan? Kematian Tuhan Yesus bisa diibaratkan seperti
jamuan/suguhan yang biasa kita hidangkan. Mengapa? Karena Tuhan Yesus melalui
kematian-Nya, Ia memberikan dirinya untuk kita. Pengorbanan-Nya itu adalah
bentuk jamuan Allah. Tetapi bentuk jamuan dari Tuhan Allah berbeda dengan
jamuan yang biasa kita berikan kepada tamu. Jamuan Tuhan adalah dirinya sendiri
sedangkan jamuan kita adalah camilan, bukan diri kita.
Bagaimana merespon keramahan
Tuhan Allah itu? Penulis surat Ibrani setelah menjelaskan kematian Tuhan Yesus
sebagai korban penebusan yang sangat istimewa (ayat 11-18), ia kemudian
memberikan beberapa petunjuk hidup baru kepada pembaca suratnya. Saya kira, ini
jugalah yang seyogyanya kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, yakni:
1.
Berani datang kepada Allah
Katanya di ayat 19, “Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke
dalam tempat kudus”. Berani datang kepada Allah. Kenapa penuh berani? Ya, Karena dosa-dosa kita telah ditebus
melalui darahNya. Yesus adalah “jalan yang baru dan yang hidup” bagi kita yang
berdosa (ayat 20). Sehingga kita tidak perlu takut untuk datang kepada Tuhan
Allah. (Pengkhotbah dipersilahkan
menceritakan contoh yang lain)
Bapak ibu saudara-saudari, orang
yang takut biasanya tidak pernah sampai pada tujuan yang ia cita-citakan.
Misalnya, kita punya rencana pergi ke Jakarta untuk bertemu keluarga tetapi
kita takut pergi ke sana karena di Jakarta banyak kejahatan. Akhirnya, impian
bertemu keluarga di Jakarta pun tidak terwujud.
2.
Berhati tulus ikhlas, beriman, saling memperhatikan
dan dekat dengan pertemuan-pertemuan ibadah.
Selain berani datang kepada
Allah (ayat19), petunjuk hidup baru selanjutnya yang penulis ibrani berikan
adalah marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan
iman yang teguh (ayat 22a). Dikatakan pada ayat 22b -25 bahwa hati yang tulus
ikhlas dan keyakinan iman adalah tanda bahwa diri kita telah dibersihkan dari
hati nurani yang jahat (ayat 22b). Tidak hanya hati, bahkan tubuh kita pun telah
dibasuh oleh kematian Tuhan Yesus (ayat 22b).
Dengan keadaan baru yang telah diterima ini maka kita teguh pada
pengharapan akan janji setia Tuhan (ayat 23), saling memperhatikan dalam kasih
(ayat 24) dan mendekatkan diri pada pertemuan-pertemuan ibadah (25)
Bapak ibu saudara-saudari, dari ayat-ayat ini, kita juga belajar bahwa
kemurnian hati dan keyakinan iman adalah modal berelasi, baik itu dengan Tuhan
maupun dengan sesama. Adalah sesuatu yang menyusahkan bila suatu relasi entah
itu di lingkup keluarga, gereja, maupun masyarakat didasarkan pada hati
jahat.
Bapak, ibu, saudara-saudari
yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, semua perbuatan diatas adalah respon kita terhadap keramahan Allah. Maka
marilah kita upayakan kehidupan kita seturut firman yang telah kita baca dan
renungkan hari ini. Kiranya peristiwa Kematian Tuhan Yesus meneguhkan betapa
besar Kasih-Nya kepada kita dan membuat kita semakin mengasihi-Nya. Amin.
sumber dari:https://gksbs.org
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar